Masker Scuba Berbahaya, Berikut Ulasannya

Masker Scuba Berbahaya, Berikut Ulasannya – Di tengah-tengah wabah sekarang ini, pemakaian masker saat beraktivitas di luar rumah jadi poin utama untuk menahan berlangsungnya penyebaran virus yang karena Covid-19. Saat ada pandemi virus ini terus-menerus ramai di bahas permasalahan masker. Dimulai dari pemasaran masker dengan bermacam variasi semakin tersebar di mana saja, sampai informasi buruk berkenaan masker yang di melarang terus-menerus di bahas dimana saja juga. tidaklah aneh masker jadi trend akhir-akhir ini. Saat lagi covid-19 belum raib, masker akan sering jadi fokus perhatian beberapa warga untuk jaga diri dari paparan virus beresiko.

Kecuali masker kain, cukup banyak warga yang pilih untuk memakai masker scuba. Lantas, apa scuba terhitung masker? Rupanya bukan.

 

Cari Pabrik Maklon Kosmetik dan Skincare Terbaik? Cek Disini

 

Dirjen Penangkalan dan Pengaturan Penyakit Kemenkes, Achmad Yurianto, menerangkan dua argumen kenapa masker scuba tidak dapat menahan Covid-19.

Pertama, karena memiliki bahan plastis dan berpori besar. Disamping itu, masker tipe ini dipandang tidak dapat memberi ruangan untuk bibir pada seorang saat sedang bicara.

Kecuali masker scuba, pria yang dekat dipanggil Yuri mengutarakan jika buff pun tidak dapat membuat perlindungan diri dari Covid-19.

“Buff itu bukan masker, itu jala yang porinya lebih besar,” kata Yurianto dalam dialog virtual, Kamis, 18 September 2020.

Berikut jejeran argumen mengapa masker scuba tidak disarankan digunakan sepanjang wabah Covid-19:

Hal seirama diutarakan dr Muhamad Fajri Adda’i, seorang pegiat sekalian sukarelawan Covid-19.

“Masker scuba itu tipis satu lapis, tidak efisien, karena berbahan neoprene, condong plastis. Bila diambil pori akan jadi membesar. Walau sebenarnya, kita perlu kekuatan penyaringannya,” katanya ke Di antara, Jumat (18/9/2020).

Ini bersamaan dengan pengakuan Juru Berbicara Unit Pekerjaan (Satuan tugas) Pengatasan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito yang mengutarakan, masker dengan 1 susunan dan terlampau tipis memungkinkannya virus pemicu Covid-19 dapat tembus.

 

Baca juga: Selain Untuk Kesehatan Tubuh, Jahe di Percaya dapat Memutihkan Kulit Wajah

 

Mengarah pada riset ilmiah dalam jurnal ACS Nano baru saja ini, Fajri mengutarakan, kekuatan electrostatic atau memfilter sejumlah partikel yang lebih kecil jadi point utama.

Bahan sutra atau silk empat lapis dapat memfilter banyak partikel, dituruti chiffon yang disebut kombinasi 90 % poliester dan 10 % spandeks. Lantas, flanel yang terbagi dalam 65 % katun dan 35 % poliester.

Berkaitan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Satuan tugas COVID-19 mereferensikan kain tiga lapis yaitu susunan dalam yang meresap, susunan tengah untuk memfilter, dan susunan luar yang dibuat berbahan seperti poliester.

Dirjen Penangkalan dan Pengaturan Penyakit Kemenkes, Achmad Yurianto, menjelaskan masker scuba tidak memberi ruangan untuk bibir saat seorang bicara.

“Tidak nyaman dipakai karena tidak memberi ruangan yang membuat bibir kita bebas bergerak saat berbicara tanpa sentuh dinding maskernya. Jika ini dilaksanakan, sebentar-sebentar tentu kita akan direpotkan dengan membenahi letak masker yang turun dan lain-lain,” tutur Yuri dalam sebuah dialog virtual.

Karena sentuhan-sentuhan berikut virus Corona bisa masuk di badan.

 

Baca juga: Masalah Umum Pemanas Air dan Cara Memperbaikinya

 

Yurianto mengatakan, masker memiliki bahan scuba memanglah bukan terhitung masker.

“Masker ya masker, titik. Mengapa melari-larikan ke scuba semua jenis. Kan, dimintanya gunakan apa? Masker. Scuba itu masker kan? Bukan,” kata Yuri di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 16 September 2020.

Yuri menyebutkan penggunaan masker bukan sekedar tutupi hidung atau muka dengan bahan seadanya. Ia minta larangan scuba tidak dibikin masalah.

“Mengapa sich dibuat perselisihan? Masker, bukan penutup hidung. Jika nutup hidung gunakan kertas dapat kan. Tetapi yang disuruh apa? Masker,” sebut Yuri.

Apa yang harus dipahami mengenai larangan masker scuba? Yok kita check video di atas!