Mengenali Cognitive Behavioral Terapi (CBT) dan Aplikasinya Dalam Psikologi

Cognitive Behavioral Terapi (CBT) ialah psikoterapi yang memadukan dua pendekatan yaitu therapy kognitif dan therapy sikap atau behavior. CBT ialah wujud perawatan psikis yang terbanyak dipakai beberapa pegiat dan ditelaah oleh beragam faksi.

Mengenali Cognitive Behavioral Terapi (CBT) dan Aplikasinya Dalam Psikologi

Therapy kognitif sendiri sebagai therapy yang mempunyai tujuan untuk mengganti langkah berpikiran pribadi yang salah dan jadi satu hal yang mencemaskan. Sebagai contoh, pertimbangan yang tidak pas itu seperti berpikir jika seorang tidak dipandang oleh barisan tertentu hingga membuat pribadi itu menjauhi dari barisan yang belum pasti betul-betul tidak menghargakannya.

Dengan memberi therapy kognitif, diharap client sanggup memberi respon pertimbangan yang kurang pas itu lebih logis, hingga pertimbangan dan sikap mereka lebih efisien.

Jika therapy kognitif lebih mengarah pada langkah berpikir, karena itu beda hal dengan therapy sikap atau behavioral terapi. Therapy ini mempunyai arah untuk mengajari pribadi mengganti sikapnya, seperti mengganti langkah berperangai yang dirasakan kurang pas hingga pribadi yang berkaitan dapat nyaman saat menjalankan kesehariannya.

Faedah CBT

Faedah CBT pada proses therapy diharap bisa sanggup membenahi pertimbangan yang tidak pas dan mengganti sikap yang keliru pada pribadi itu (Gazzaniga dkk., 2011).

Dalam implementasi therapy sikap kognitif, pertama kali diharap tanda-tanda yang dirasakan client bisa lebih baik serta lebih jauh kembali, diharap keberfungsian client itu bisa lebih baik dari hari ke hari (Gaudiano, 2008).

Riwayat dan Perubahan

Cognitive Behavioral Terapi diperkembangkan oleh Aaron Beck sekitaran tahun 1960 yang berawal dari penemuan medis dan pengamatan pada client-nya yang memperlihatkan jika client yang alami stres mempunyai karakter distorsi kognitif dalam pertimbangan mereka (Chand dkk., 2021). Penemuan awalnya ini memperlihatkan jika stres bukan hanya masalah pada situasi hati, namun masalah pada peranan kognitif pribadi.

Munculnya tipe perawatan ini sudah mengundang perhatian banyak faksi dan jadikan therapy sikap kognitif sebagai salah satunya tehnik yang terbanyak diaplikasikan dan ditelaah. Ini membuat perubahan CBT tidak stop demikian saja dan semakin berkembang.

Pemakaiannya yang makin tinggi jadikan makin bertambah peningkatan prosedur beberapa langkah therapy CBT untuk penuhi keperluan therapy yang bervariatif. Misalkan saja implementasi CBT baik sebagai therapy tunggal atau gabungan dengan sistem lain seperti hipnoterapi untuk tangani masalah kekhawatiran, stres berat, masalah emosi, masalah makan, insomnia, persoalan rekananonal, dan lain-lain (Cognitive Behaviour Terapi (CBT) | Betterhealth.Vic.Gov.Au, t.t.).

Sebagai psikoterapi yang berakar dari integratif therapy kognitif dan keperilakuan, CBT masih tetap memakai beberapa dasar atau mode kognitif dalam prakteknya. Sama seperti yang disebut Chand dkk. (2021) jika ada tiga faktor kognisi yang memicu cognitive behavioral terapi yakni:

1. Pemikiran-penikiran automatis

Faktor ini menerangkan proses berpikiran automatis sebagai wujud interpretasi peristiwa yang ada secara mendadak dan sanggup memengaruhi emosi dan sikap pribadi sebagai wujud tanggapan pada keadaan itu.

Misalkan saja saat seorang rekan tidak mendatangi undangan kita tanpa argumen, kita kemungkinan mempunyai pertimbangan automatis seperti “dia tidak ingin berjumpa karena tidak sukai dengan saya” yang mana akan memengaruhi emosi dan sikap kita saat masa datang terkait kembali sama yang berkaitan.

Namun, ada pertimbangan yang lain bisa ada misalkan “kemungkinan ia lupa atau mempunyai hal yang lain lebih bernilai” yang kecil keungkinannya untuk memunculkan imbas negatif di masa datang.

2. Distorsi kognitif

Distorsi kognitif sebagai satu keadaan yang mana pribadi alami eror dalam ambil ringkasan. Ada kesalahan dalam ambil ringkasan bisa memunculkan masalah di kehidupan setiap hari.

Sebagai contoh, seorang yang alami distorsi kognitif berbentuk minimization atau memandang pengalaman positif sebagai suatu hal yang riil tapi tidak memiliki makna yang hendak mengusik pemaknaan hidup mereka.

3. Underlying beliefs or schemes

Faktor ini menerangkan di mana pola atau kepercayaan dasar pribadi sanggup mengganti interpretasi dan pemahaman mereka pada peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Belief atau keyaninan itu terdiri jadi dua, yaitu core belief yang diuraikan sebagai gagasan khusus mengenai diri dan dunia, paling fundamental, kaku dan terlampau general, seperti ada kepercayaan “aku tidak bernilai”. Kepercayaan yang ke-2 yaitu intermediate beliefs, kepercayaan yang berisi anggapan, sikap dan ketentuan yang dikuasai oleh core belief pribadi, misalkan “supaya saya dapat dipandang, saya harus dapat lakukan semuanya yang disuruh”.

Implementasi Cognitive Behavioral Terapi

Dalam praktek di atas lapangan, therapy sikap kognitif diberi oleh konsultan, psikiater, atau terapi lewat bermacam wujud konseling atau therapy secara pribadi atau barisan, baik face-to-face atau online.

Walau sudah banyak riset dan study kasus yang menunjukkan kesuksesan implementasi CBT, ada banyak hal yang penting jadi perhatian saat sebelum mengimplementasikannya. Misalnya therapy ini tidak pas untuk client dengan kisah cedera otak yang menyebabkan masalah berpikir logis.

Disamping itu, therapy ini membutuhkan keterlibatan aktif dan kerja sama dan saat yang lama untuk capai arah yang diharapkan (Cognitive Behaviour Terapi (CBT) | Betterhealth.Vic.Gov.Au, t.t.).

 

kunjungi juga konsultan hipnoterapi